Blogger Template by Blogcrowds.

Saya mengenal idealisme sudah sejak lama sekali. Idealisme yang mungkin ditanamkan sedikit oleh Ayah dan dipupuk oleh ibu. Lalu, muncul bunga-bunga hasil dari pergumulan saya bersama kumbang-kumbang teori, hipotesa, kritisisme dan transformasi ilmu dari orang-orang idealis lainnya yang saya temukan di pinggiran kota.

Benar kata penulis buku “5 cm” bahwa idealisme adalah kekayaan terakhir yang dimiliki oleh seorang pemuda. Tapi butuh pengejawantahan untuk memahami arti ‘kekayaan terakhir”. Kekayaan terakhir bukan berarti akan sirna bila kemudaan berganti paras yang tua. Bukan juga berarti bahwa kekayaan idealism hanya dimiliki oleh orang-orang muda. Justru pengejawantahan yang saya lakukan membawa saya dalam suatu pemahaman bahwa kekayaan terakhir yang dimaksud merupakan fase puncak dari bibit idealism yang dibenih jauh-jauh hari. Puncaknya bahwa kekayaan itu sempurna, abadi dan siap mengantarkan sang pemuda melampauwi fase-fase di periode masa dewasa atau lebih tepatnya ‘tua’dengan lebih bijak. Idealisme bukanlah sandangan seperti kaos baju seharga 45.000 yang bila lusuh sudah tak pantas lagi digunakan.
Sayangnya, kata’ terakhir’ sering di’decoding secara harfiah oleh pemuda. Banyak dari mereka galau dan ketakutan bahwa akan ada suatu massa di mana idealism terpancung oleh doktrinasi relitas. Seperti tembok-tembok kapitalisme ekonomi yang akan menggerus, sosialisme, bahwa cibernetika akan menggeser hubungan sosial primer dan bahwa humanitas akan berganti robotika, dan mereka yang dulunya mempergunjingkan ironii reaitas justru malah masuk ke dalam lingkaran yang tak berujung itu bahkan menjadi akselerator bagi sistem yang tak kunjung bertemu penghabisannya.
Seorang rekan saya berkata, toh banyak tokoh pun gagal mengejawantahkan idealismenya. Non-sense, Prediksi, asumsi, atau teori mereka mungkin saja terbantahkan, namun semua tokoh yang kita repetisi namanya berulang kali itu justru memahat idealism abadi dalam dadanya bahkan mati dengan membawa tulisan “IDEALISME” dengan huruf kapital di jidatnya. Semangat mereka bahkan terasa hanya ketika nama mereka disebut sekali. “Kekayaan terakhir” mereka itu bahkan menemukan aliran sungainya, mengantarkan inspirasi dan pesan-pesan idealis ke pada generasi baru-kita-.
Jadi idealism bukan lah hanya sekedar kekayaan terakhir yang dimiliki pemuda, namun ia kekayaan terakhir yang melengkapi manusia. Ia ada, nyata, sempurna.
Estisisme —

Dikutip dari Sumber Lain.

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda