Blogger Template by Blogcrowds.

Cinta Tak Butuh Aksara.


Setelah agak lama saya tidak lagi aktif menambah artikel di kolom kecil nan sederhana saya ini, maka hari ini, entah angin apa yang memaksa saya untuk menuliskan Kisah nyataku ini. Tapi inilah kisahku dan kutuliskan karena memang harus dituliskan.

Kadang aku berfikir untuk apa kulakukan semua ini. Aku tak mampu mengungkapkan apa – apa seperti yang dilakukan kebanyakaan orang atas nama perasaannya, akupun tak kunjung berkeinginan untuk menunjukan apa – apa layaknya seseorang yang mengharapkan hasil dari sesuatu yang dicita - citakan. Aku tahu benar bagaimana perasaanku tumbuh berkembang dari waktu ke waktu, aku sadarpula betapa cita - citaku begitu besar tapi aku tak berani menjawab perasaanku dengan pilihan, aku juga tak berani membayar cita – citaku itu dengan sebuah usaha: Aku takut.

Pernah aku berfikir tentang bagaimana ternyata waktu sudah begitu cepat sekali berlalu, berganti dari detik kemenit lalu menit ke jam lalu jam ke hari lalu hari kebulan lalu bulan belum sempat ke tahun. Karena aku mengenalnya baru dalam hitungan Bulan. dan aku masih tetap tak beranjak, tetap dan bahkan tak sedikitpun terlintas kata cukup atau memilih pergi. Aku tetap, tetap takut dan tetap merasa tidak selesai dengan diriku sendiri dan kenyataan. Aku mencintainya dengan perasaan yang besar, memilikinya adalah cita – cita terbesarku tapi aku tetap tak sedikitpun bergerak: Aku takut.

Sering aku menyesali diri karena memelihara perasaan yang semakin hari semakin besar dan cita – cita yang seiring waktu berubah menjadi kekuatan yang kadang sulit untuk kubendung. Aku telah memelihara rasa cinta yang ragaku sendiri menyangkalinya, aku telah memelihara keinginan memiliki tanpa menimbang rasio betapa kekuranganku dan status dia masih milik orang lain adalah sebesar – besarnya alasan untuk membuatku berhenti. Aku kembali bersembunyi dibalik dinding: cinta tak butuh aksara.

Kak Aswar…, pernahkah kau mencintai sesuatu yang lain lebih dari kau mencintai pekerjaanmu ? celetuk seorang rekan kerja yang umurnya masih di bawah saya dan kebetulan komputernya tepat di sebelah komputer saya. Tapi belum sempat aku bereaksi apa – apa, Khaliq sudah mengeleng – gelengkan kepala dan tertawa, dia tahu dia tidak akan mendapatkan jawaban apa – apa dariku karena aku memang tidak akan berkata apa – apa kecuali tersenyum meski sejujurnya ingin sekali rasanya kujawab pertanyaannya itu dan keyakinanku jujur menanggapi sungguh bahwa ternyata tak semua hal akan dirasakan cukup hanya dengan senyuman. Dan meminjam istilah atau guyonan yang sering digunakan sosok terpenting dalam tulisanku ini “Keep Smile ^_^” 

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda